Pengamat Pasar Modal Farial Anwar menyebut mata uang rupiah oleh pasar internasional dikategorikan sebagai mata uang sampah, karena masuk peringkat keempat dari 10 negara. Posisi rupiah hanya lebih baik dibanding mata uang Vietnam, Sao Tome, dan Iran.
"Untuk Zimbabwe, Somalia, dan Turkmenistan, mereka sudah menggunakan mata uang baru sehingga lebih baik," kata Farial di Jakarta, Kamis 23 Desember 2010.
Selengkapnya, 10 negara yang mata uangnya oleh pasar internasional dianggap uang sampah adalah Vietnam, Sao Tome, Iran, Indonesia, Laos, Guinea, Paraguay, Turkmenistan, Somalia, dan Zimbabwe.
Farial menuturkan, peringkat Indonesia tahun ini bahkan lebih buruk dibandingkan dua tahun lalu (2008) yang sempat diposisi keenam.
Dia menambahkan, mata uang itu masuk kategori uang sampah, karena dalam posisi penukaran nilainya memiliki nominal yang lebih besar dibandingkan mata uang lain. Selain itu, pengkategorian uang sampah juga terjadi karena fluktuaif nilai tukar terhadap dolar adalah yang paling volatil.
"Dulu tahun 1990-an, ketika saya keluar negeri tempat penukaran uang mulai dari Singapura, Malaysia, sampai ke Hongkong tidak masalah. Mereka masih mau menerima rupiah. Sekarang, tanda tanya," kata Farial.
Hal itu semua terjadi, Farial mengakui, karena para investor yang memegang rupiah khawatir akibat fluktuatif nilai tukar rupiah. (umi)
• VIVAnews